loading…
Israel kembali menggempur Jalur Gaza setelah kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas berakhir. Foto/Al Jazeera
Dalam beberapa jam setelah gencatan senjata berakhir, pejabat kesehatan di Jalur Gaza melaporkan 54 orang telah tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam serangan udara yang menghantam sedikitnya delapan rumah.
Petugas medis dan saksi mata mengatakan pemboman paling intensif terjadi di Khan Younis dan Rafah di Jalur Gaza selatan, tempat ratusan ribu warga Gaza berlindung dari pertempuran di wilayah utara. Rumah-rumah di wilayah tengah dan utara juga terkena dampaknya.
“Dengan dimulainya kembali pertempuran, kami menekankan: Pemerintah Israel berkomitmen untuk mencapai tujuan perang – membebaskan sandera kami, melenyapkan Hamas, dan memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah menjadi ancaman bagi penduduk Israel,” bunyi pernyataan yang dikeluarkan kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu seperti dikutip dari Reuters.
Atas kondisi terbaru yang terjadi di Jalur Gaza, Hamas dan Israel saling menyalahkan atas gagalnya perundingan perpanjangan gencatan senjata.
Masing-masing pihak mengatakan pihak lain menolak persyaratan untuk memperpanjang kesepakatan, yang mencakup pembebasan sandera yang ditawan Hamas serta kelompok militan lain dan pembebasan warga Palestina yang ditahan Israel.
Seorang pejabat Palestina yang akrab dengan perundingan pihak ketiga Israel-Hamas mengatakan perundingan tersebut gagal dalam semalam karena permintaan Israel agar Hamas membebaskan tentara perempuan, yang menurutnya benar-benar terpisah dari para sandera. Belum ada komentar langsung dari Israel terkait hal ini.
Jeda yang dimulai pada 24 November dan diperpanjang dua kali, memungkinkan terjadinya pertukaran sandera Israel yang ditahan di Gaza dengan tahanan Palestina setiap hari, sementara truk membawa bantuan masuk ke wilayah itu.
Israel, yang menolak seruan gencatan senjata permanen, mengatakan gencatan senjata sementara dapat berlanjut selama Hamas membebaskan 10 sandera setiap hari. Namun setelah tujuh hari pembebasan perempuan, anak-anak dan sandera asing, para mediator pada saat-saat terakhir gagal menemukan formula untuk membebaskan lebih banyak sandera.