Di COP Dubai, Bos PLN Beberkan Jurus Perusahaan Genjot Energi Bersih

Jakarta

PT PLN (Persero) makin serius untuk membantu pemerintah dalam mencapai net zero emission di sektor ketenagalistrikan pada 2060. Sudah banyak yang dilakukan PLN dalam perjalanannya.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan sejak tiga tahun yang lalu pemerintah Indonesia bersama PLN telah merancang ulang Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dengan menghapus 13 gigawatt pembangkit listrik bertenaga batu bara. Kala itu, inisiatif itu masuk dalam fase perencanaan.

Menurut Darmawan dengan penghapusan PLTU itu, Indonesia bisa menghapus emisi gas rumah kaca sebesar 1,8 miliar ton dalam waktu 25 tahun. “Kita juga saat itu sudah merancang RUPTL menjadi RUPTL terhijau dalam sejarah Indonesia,” kata dia di sela agenda COP28 Dubai, ditulis Sabtu (2/12/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam RUPTL ini sebanyak 51,6% atau sekitar 21 gigawatt penambahan pembangkit listrik berbasis pada energi terbarukan. Hal ini dilakukan karena memang Indonesia berkomitmen untuk menggenjot net zero emission di sektor ketenagalistrikan pada 2060. Komitmen itu terjadi pada COP26 lalu.

Kemudian dalam agenda COP28 ini dibutuhkan gerak cepat dalam menjalankan rencana-rencana transisi energi ini. PLN sekarang juga sedang merancang 75% penambahan kapasitas pembangkit di tahun 2040 sudah berbasis energi terbarukan. Artinya sekitar. 62 gigawatt penambahan kapasitas energi terbarukan, 25% nya atau setara dengan 20 gigawatt berbasis pada gas.

“Ini adalah suatu perancangan, transisi energi yang kita bisa mencapai net zero emission pada tahun 2060. Nah tentu saja di COP 28 ini kita membangun suatu kolaborasi. Kolaborasi dari sudut pandang strategi, kolaborasi dari sudut pandang policy, kolaborasi dari sudut pandang inovasi teknologi, kolaborasi dari sudut pandang investasi yang artinya adalah bagaimana memerangi perubahan iklim, mengurangi gas emisi rumah kaca, mengakselerasi dan mempercepat transisi energi ini tidak ada satupun negara di dunia ini bisa melakukannya sendirian harus dibangun dalam suasana kolaborasi,” ujar dia.

Di COP 28 berbagai negara berkumpul dan membagikan ide hingga strategi masing-masing dan bertukar inovasi teknologi pembangunan, studi hingga kerja sama pengembangan transisi energi.

Darmawan juga mengungkapkan saat ini fenomena perubahan iklim atau global climate change ini memberikan tantangan yang luar biasa untuk manusia. Bumi yang memanas menjadi masalah di seluruh dunia. Karena itu harus dijaga.

Dia mencontohkan dengan pemanasan global ini, satu ton gas rumah kaca di Dubai dampaknya sama dengan satu ton gas rumah kaca di Jakarta atau emisi gas rumah kaca di Tokyo, Eropa dan Amerika.

“Jadi di event COP 28 ini membahas adanya perubahan iklim dan menyelesaikan secara bersama-sama. Kita punya keyakinan bahwa ini bisa diselesaikan bersama-sama,” ujar dia.

(kil/fdl)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *